versha yunita On Posted on January 30, 2025January 31, 2025 by versha yunita to Artikel, blog China Membuat ChatBot saingan untuk ChatGPT. Apakah ini Akan Jadi Boomerang? China kembali menarik perhatian dunia teknologi dengan hadirnya DeepSeek, chatbot kecerdasan buatan (AI) yang diklaim lebih murah dan efisien dibandingkan ChatGPT buatan OpenAI. Namun, kehadiran DeepSeek juga menimbulkan kekhawatiran, terutama terkait keamanan data dan potensi risiko privasi bagi penggunanya. Risiko Privasi dalam Penggunaan DeepSeek Seperti chatbot berbasis model bahasa besar (LLM) lainnya, DeepSeek mengumpulkan dan mengolah data dari pengguna. Hal ini menimbulkan risiko privasi yang semakin kompleks karena DeepSeek beroperasi di bawah hukum China, yang mewajibkan perusahaan teknologi untuk bekerja sama dengan otoritas pemerintah dalam penyediaan data. Hal ini berbeda dengan Amerika Serikat, di mana lembaga pemerintah biasanya memerlukan perintah pengadilan untuk mengakses data perusahaan teknologi. Menurut Lukasz Olejnik, peneliti dari King’s College London, pengguna harus berhati-hati dalam membagikan informasi sensitif di DeepSeek. Data yang diketik ke dalam chatbot dapat direkam, dianalisis, dan bahkan diminta oleh otoritas China. Oleh karena itu, pengguna disarankan untuk tidak memasukkan data pribadi, informasi keuangan, rahasia dagang, atau informasi medis ke dalam sistem. Ron Deibert, Direktur Citizen Lab di Universitas Toronto, menambahkan bahwa risiko ini terutama mengancam kelompok yang dianggap sensitif oleh pemerintah China, seperti aktivis hak asasi manusia, jurnalis, dan diaspora yang berisiko menjadi sasaran pengawasan. Untuk mengurangi risiko, pengguna dapat mendaftar dengan alamat email baru yang tidak terkait dengan layanan lain atau, bagi yang memiliki keahlian teknis, mengunduh model AI DeepSeek secara langsung untuk menggunakannya tanpa melalui server perusahaan di China. Dugaan Pelanggaran Hak Kekayaan Intelektual Selain risiko keamanan, DeepSeek juga menghadapi tuduhan bahwa teknologi yang digunakannya berasal dari OpenAI melalui teknik “knowledge distillation.” OpenAI menuduh bahwa DeepSeek mengambil data dari modelnya untuk mempercepat pengembangan AI-nya sendiri. Tuduhan ini sedang diselidiki oleh Microsoft, investor utama OpenAI, dan menjadi perhatian pemerintah AS. David Sacks, pejabat Gedung Putih yang menangani AI dan kripto, menyatakan bahwa perusahaan-perusahaan AI terkemuka di AS akan segera mengambil langkah-langkah untuk mencegah praktik distilasi semacam ini. Jika terbukti, hal ini dapat memicu tindakan hukum dan pembatasan lebih lanjut terhadap teknologi AI asal China. Menurut Bloomberg, AS telah menerapkan aturan ketat untuk membatasi akses China terhadap chip canggih yang dibutuhkan untuk mengembangkan AI. Selain itu, ada kemungkinan penerapan kebijakan lebih lanjut untuk melindungi kepentingan nasional AS dalam sektor AI. Kontroversi dan Respon DeepSeek DeepSeek mengklaim telah menghadapi serangan siber dalam skala besar, yang menyebabkan mereka membatasi pendaftaran pengguna baru. Meskipun demikian, masih belum ada bukti konkret terkait sumber serangan tersebut dan apakah ada kaitannya dengan tekanan dari pihak luar. Selain itu, kebijakan privasi DeepSeek juga menuai kritik karena menyatakan bahwa perusahaan mengumpulkan informasi perangkat pengguna dan pola ketikan (keystroke pattern). Praktik ini bukan hal baru dalam industri teknologi, mengingat aplikasi seperti TikTok dan Facebook juga menggunakan metode serupa untuk pelacakan data pengguna. Namun, fakta bahwa data tersebut disimpan di server yang berlokasi di China tetap menjadi perhatian utama bagi banyak pihak. Reaksi Amerika Serikat terhadap DeepSeek Pemerintah AS, melalui Dewan Keamanan Nasional dan Departemen Perdagangan, sedang menyelidiki dampak keamanan nasional dari munculnya DeepSeek. Trump, dalam pernyataannya, menyebut bahwa DeepSeek harus menjadi “alarm” bagi industri teknologi AS untuk lebih berhati-hati dalam melindungi inovasi mereka. Sebagai langkah preventif, Angkatan Laut AS telah melarang personelnya menggunakan aplikasi DeepSeek dengan alasan “risiko keamanan dan etika.” Larangan ini menunjukkan bahwa pemerintah AS semakin waspada terhadap ancaman potensial yang ditimbulkan oleh AI buatan China. DeepSeek membawa inovasi baru dalam dunia AI dengan menawarkan chatbot yang lebih murah dan efisien dibandingkan pesaingnya dari AS. Namun, keberadaannya juga menimbulkan kekhawatiran mengenai keamanan data pengguna dan potensi pelanggaran hak kekayaan intelektual. Sebagai produk AI yang dikembangkan di bawah hukum China, DeepSeek memiliki risiko lebih tinggi terkait pengawasan pemerintah. Oleh karena itu, pengguna disarankan untuk berhati-hati dalam membagikan informasi pribadi dan menggunakan strategi mitigasi, seperti menggunakan akun email terpisah atau mengakses model secara langsung tanpa perantara. Di sisi lain, munculnya DeepSeek juga memicu ketegangan antara industri teknologi AS dan China. OpenAI serta pemerintah AS sedang menyelidiki apakah DeepSeek menggunakan data secara tidak sah, yang bisa berujung pada kebijakan pembatasan lebih lanjut terhadap teknologi China di masa depan. Dengan berbagai tantangan ini, masa depan persaingan AI global akan semakin kompleks, dan penting bagi pengguna untuk memahami risiko sebelum menggunakan teknologi baru seperti DeepSeek. PreviousPrevious post:Kunggulan HUAWEI IdeaHub S2, Kolaborasi Cerdas untuk Era Kerja Modern Akan Hadir di ISPE 2025 NextNext post:Data Acquisition (DAQ): Teknologi Canggih untuk Pengukuran Akurat dan Analisis Data Efisien
China kembali menarik perhatian dunia teknologi dengan hadirnya DeepSeek, chatbot kecerdasan buatan (AI) yang diklaim lebih murah dan efisien dibandingkan ChatGPT buatan OpenAI. Namun, kehadiran DeepSeek juga menimbulkan kekhawatiran, terutama terkait keamanan data dan potensi risiko privasi bagi penggunanya. Risiko Privasi dalam Penggunaan DeepSeek Seperti chatbot berbasis model bahasa besar (LLM) lainnya, DeepSeek mengumpulkan dan mengolah data dari pengguna. Hal ini menimbulkan risiko privasi yang semakin kompleks karena DeepSeek beroperasi di bawah hukum China, yang mewajibkan perusahaan teknologi untuk bekerja sama dengan otoritas pemerintah dalam penyediaan data. Hal ini berbeda dengan Amerika Serikat, di mana lembaga pemerintah biasanya memerlukan perintah pengadilan untuk mengakses data perusahaan teknologi. Menurut Lukasz Olejnik, peneliti dari King’s College London, pengguna harus berhati-hati dalam membagikan informasi sensitif di DeepSeek. Data yang diketik ke dalam chatbot dapat direkam, dianalisis, dan bahkan diminta oleh otoritas China. Oleh karena itu, pengguna disarankan untuk tidak memasukkan data pribadi, informasi keuangan, rahasia dagang, atau informasi medis ke dalam sistem. Ron Deibert, Direktur Citizen Lab di Universitas Toronto, menambahkan bahwa risiko ini terutama mengancam kelompok yang dianggap sensitif oleh pemerintah China, seperti aktivis hak asasi manusia, jurnalis, dan diaspora yang berisiko menjadi sasaran pengawasan. Untuk mengurangi risiko, pengguna dapat mendaftar dengan alamat email baru yang tidak terkait dengan layanan lain atau, bagi yang memiliki keahlian teknis, mengunduh model AI DeepSeek secara langsung untuk menggunakannya tanpa melalui server perusahaan di China. Dugaan Pelanggaran Hak Kekayaan Intelektual Selain risiko keamanan, DeepSeek juga menghadapi tuduhan bahwa teknologi yang digunakannya berasal dari OpenAI melalui teknik “knowledge distillation.” OpenAI menuduh bahwa DeepSeek mengambil data dari modelnya untuk mempercepat pengembangan AI-nya sendiri. Tuduhan ini sedang diselidiki oleh Microsoft, investor utama OpenAI, dan menjadi perhatian pemerintah AS. David Sacks, pejabat Gedung Putih yang menangani AI dan kripto, menyatakan bahwa perusahaan-perusahaan AI terkemuka di AS akan segera mengambil langkah-langkah untuk mencegah praktik distilasi semacam ini. Jika terbukti, hal ini dapat memicu tindakan hukum dan pembatasan lebih lanjut terhadap teknologi AI asal China. Menurut Bloomberg, AS telah menerapkan aturan ketat untuk membatasi akses China terhadap chip canggih yang dibutuhkan untuk mengembangkan AI. Selain itu, ada kemungkinan penerapan kebijakan lebih lanjut untuk melindungi kepentingan nasional AS dalam sektor AI. Kontroversi dan Respon DeepSeek DeepSeek mengklaim telah menghadapi serangan siber dalam skala besar, yang menyebabkan mereka membatasi pendaftaran pengguna baru. Meskipun demikian, masih belum ada bukti konkret terkait sumber serangan tersebut dan apakah ada kaitannya dengan tekanan dari pihak luar. Selain itu, kebijakan privasi DeepSeek juga menuai kritik karena menyatakan bahwa perusahaan mengumpulkan informasi perangkat pengguna dan pola ketikan (keystroke pattern). Praktik ini bukan hal baru dalam industri teknologi, mengingat aplikasi seperti TikTok dan Facebook juga menggunakan metode serupa untuk pelacakan data pengguna. Namun, fakta bahwa data tersebut disimpan di server yang berlokasi di China tetap menjadi perhatian utama bagi banyak pihak. Reaksi Amerika Serikat terhadap DeepSeek Pemerintah AS, melalui Dewan Keamanan Nasional dan Departemen Perdagangan, sedang menyelidiki dampak keamanan nasional dari munculnya DeepSeek. Trump, dalam pernyataannya, menyebut bahwa DeepSeek harus menjadi “alarm” bagi industri teknologi AS untuk lebih berhati-hati dalam melindungi inovasi mereka. Sebagai langkah preventif, Angkatan Laut AS telah melarang personelnya menggunakan aplikasi DeepSeek dengan alasan “risiko keamanan dan etika.” Larangan ini menunjukkan bahwa pemerintah AS semakin waspada terhadap ancaman potensial yang ditimbulkan oleh AI buatan China. DeepSeek membawa inovasi baru dalam dunia AI dengan menawarkan chatbot yang lebih murah dan efisien dibandingkan pesaingnya dari AS. Namun, keberadaannya juga menimbulkan kekhawatiran mengenai keamanan data pengguna dan potensi pelanggaran hak kekayaan intelektual. Sebagai produk AI yang dikembangkan di bawah hukum China, DeepSeek memiliki risiko lebih tinggi terkait pengawasan pemerintah. Oleh karena itu, pengguna disarankan untuk berhati-hati dalam membagikan informasi pribadi dan menggunakan strategi mitigasi, seperti menggunakan akun email terpisah atau mengakses model secara langsung tanpa perantara. Di sisi lain, munculnya DeepSeek juga memicu ketegangan antara industri teknologi AS dan China. OpenAI serta pemerintah AS sedang menyelidiki apakah DeepSeek menggunakan data secara tidak sah, yang bisa berujung pada kebijakan pembatasan lebih lanjut terhadap teknologi China di masa depan. Dengan berbagai tantangan ini, masa depan persaingan AI global akan semakin kompleks, dan penting bagi pengguna untuk memahami risiko sebelum menggunakan teknologi baru seperti DeepSeek.